Puisi Rindu, Jilid IV


"Puisi Rindu" Jilid IV

Pagi-pagi buta, kala surya mengintipku malu-malu,
setelah santap saur kutulis puisi ini tanpa ragu-ragu,
semangat karena 'Barcelona' juga mengusir 'Madrid' dan berakhir pilu.

Kepada angin kubisikkan namamu lirih,
kepada hujan kularutkan semua perih,
ketika rindu menimpaku tumpang tindih.

Waktu bergegas berlalu pada helai-helai angin,
dan aku tertinggal di sini, dikepung rindu yang dingin,
sadarkan diri kalo jiwa ini bukan mesin.

Di wajahmu segala tanya menemu jawab,
semua do'a berujung mustajab,
ketika takdir bahagia menjadi akrab.

Bagaimana bisa cinta ini berakhir,
bila rindu padamu masih saja deras mengalir?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Comment here!!